LAPORAN SEJARAH
ORGANISASI PERGERAKAN
NASIONAL
“INDISCHE PARTIJ”
PENYUSUN:
1.
MUH.ARDI
RAMDANI
2.
FRADWIYAN
A. RAHMAN R
3.
ARDIAN
FAHMI HIDAYAT
4.
M.SYARIEF
HIDAYATULLAH
KELAS: XI.IPA 2
SMA NEGERI 1 AIKMEL
Tahun Pelajaran 2014/2015
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat Allah SWT, karena berkat karunai,rahmad,dan hidayahnya,laporan ini dapat terselesaikan.
Kedua kalinya marilah kita haturkan shalawat serta salam kepada baginda nabi besar Muhammad SAW,karena berkat jasa-jasa beliaulah kita bisa merasakan kenikmatan islam ini.
Mudah-mudahan dengan adanya laporan ini bisa mendatangkan manfaat bagi kita semua,terutama bagi kaum pelajar atau generasi-generasi penerus bangsa sehingga bisa mencontoh pergerakan nasional yang dilakukan oleh para pemimpin bangsa kita terdahulu,yaitu dengan menghadapi suatu persoalan dengancara-cara yang baik,tidak menggunakan kekerasan.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Indische Partij adalah organisasi modern ketiga
yang berdiri setelah Budi Utomo dan Sarekat Islam . Organisasi ini merupakan
organisasi pertama yang secara tegas menyatakan berpolitik. Dengan
demikian IP adalah partai politik pertama di Indonesia. Indische Partij
ingin menggantikan Indische Bond yang berdiri pada tahun 1898. Indische Bond
adalah organisasi kaum Belanda peranakan (Indo) dengan pimpinan K. Zaalberg,
seorang indo. Tujuan dibentuknya IP ini adalah untuk memperbaiki keadaan kaum
Indo. Pada masa itu kaum Indo menaruh dendam kepada bangsa Belanda dan segala
sesuatu yang bercorak Belanda. Hal ini disebabkan kaum Indo seolah-olah menjadi
"golongan yang dilupakan" oleh bangsa Belanda.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah latar belakang dibentuknya organisasi indische partij?
2.
Apakah tujuan di bentuknya organisasi indische partij?
3.Apakah
penyebab kemunduran organisasi indische partij?
C. Tujuan
1.
Siswa dapat mengetahui apa latar belakang terbentuknya indische partij
2.
Siswa dapat mengetahui tujuan dibentuknya organisasi indische partij
3.
Siswa dapat mengetahui pergerakan dan bagaimana kemunduran indische partij?
BAB
II PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang
Indische Partij adalah organisasi modern ketiga
yang berdiri setelah Budi Utomo dan Sarekat Islam . Organisasi ini merupakan organisasi
pertama yang secara tegas menyatakan berpolitik. Dengan demikian
IP adalah partai politik pertama di Indonesia. Indische Partij ingin
menggantikan Indische Bond yang berdiri pada tahun 1898. Indische Bond adalah
organisasi kaum Belanda peranakan (Indo) dengan pimpinan K. Zaalberg, seorang
indo. Tujuan dibentuknya IP ini adalah untuk memperbaiki keadaan kaum Indo.
Pada masa itu kaum Indo menaruh dendam kepada bangsa Belanda dan segala sesuatu
yang bercorak Belanda. Hal ini disebabkan kaum Indo seolah-olah menjadi
"golongan yang dilupakan" oleh bangsa Belanda.
Douwes Dekker melihat
keganjilan-keganjilan dalam masyarakat kolonial khususnya dalam hal
diskriminasi antara keturunan Belanda totok dan orang Bwlanda campuran
(Indo)..Nasib para Indo tidak ditentukan oleh pemerintahan kolonial,namun
terletak pada bentuk kerjasama dengan penduduk Indonesia lainnya. Bahkan
menurut Douwes Dekker yang kemudian dikenal dengan nama Danudirdja
Setyabudhi,ia tidak mengenak supremasi Indo atas penduduk bumiputera malah ia
menghendaki hilangnya golongan Indo dengan cara bercampur dengan bumiputera.
Douwes
Dekker, seorang Indo, berusaha mempengaruhi Indische Bond. Menurutnya,segala
keluh kesah dan bantahan-bantahan tidak aka nada gunanya. Sumber dari segala
kesukaran itu dikarenakan ketergantungan pada pemerintah kolonial
yang menyebabkan kaum Indo menderita dan dicampakan.
Pendirian organisasi ini dipertegas lagi
pada sidang Indische Bond yang diselenggarakan di Jakarta tanggal 12 desember
1911, dengan pokok pidato "Gabungan kulit putih dengan sawo matang".
Ia berkata, bahwa jumlah kaum Indo sangat sedikit, sehingga jika ia bertindak
seorang diri,maka ia tak mungkin memperoleh keuntungan. Syarat untuk memperoleh
kemenangan dalam pertentangan dengan penjajah Belanda ialah menggabungkan diri
dengan bangsa Indonesia agar kedudukan organisasinya makin bertambah kuat.
Pendapat Douwes Dekker berbeda
dengan pendapat Zaanberg, pemimpin Indische Bond. Ia menerima ketergantungan
terhadap pemerintah kolonial. Menurut Zaanberg,dalam ketergantungan itu,kaum
indo akan hidup berbahagia, asalkan pemerintah dan orang-orang Eropa
lapisan atas suka menolongnya.Zaalberg ingin mengekalkan penjajahan sedangkan
Douwes Dekker ingin menghapuskan penjajahan itu.
Untuk persiapan pendirian Indische Partij, maka
mulai tanggal 15 September - 3 oktober 1912, Douwes Dekker mengadakan
perjalanan Propaganda di Pulau Jawa. Di Surabaya, ia mendapat sokongan
dari Dokter Tjipto Mangoen Koesoemo. Di Bandung ia mendapat sokongan dari R.M.
Soewardi Soerjaningrat, juga Abdul Muis yang pada saat tu telah menjadi
pimpinan Sarekat Islam cabang Bandung. Di Yogyakarta mendapat sambutan baik
dari pengurus Budi Utomo,juga daerah Jawa Barat,Jawa Tengah dan Jawa
Timur.Mereka merupakan "tiga serangkai" yang sangat ditakuti oleh
Belanda. Mereka ialah tokoh-tokoh Indische Partic yang didirikan di Bandung
pada tanggal 25 Desember 1912 yang mana semboyannya yaitu Hindia for Hindia/
INDIE VOOR INDERS yang berarti Indonesia
hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan bertempat tinggal di
Indonesia tanpa terkecuali dan Indie Os Van Holland(Hindia bebas dari Holland)
B. Tujuan Indische Partij
Dalam anggaran dasar indische partij (Pasal 2) dirumuskan tujuan
sebagai berikut :
a. Untuk
membangun patriotisme semua “Indiers” kepada tanah air yang telah memberi
lapangan hidup kepada mereka.
b.
Menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan.
c. Memajukan
tanah air Hindia.
d.
Mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
e. Mempersatukan seluruh bangsa Hindia
f. Mencapai kemerdekaan indonesia
Adapun saha-usaha untuk mencapai tujuan itu adalah
sebagai berikut :
a. Memelihara Nasionalisme Hindia, dengan
cara meresapkan cita-cita kesatuan bangsa terhadap semua bangsa Hindia,
meluaskan pengetahuan umum tentang sejarah kebudayaan Hindia, menyatupadukan
intelek secara bertahap kedalam golongan-golongan bangsa yang masih hidup
bersama dalam keadaan terpisah karena ras masing-masing, menghidupkan kesadaran
diri dan kepercayaan terhadap diri sendiri.
b. Menyingkirkan kesombongan rasial dan
keistimewaan ras, baik dalam bidang ke tatanegaraan maupun dalam bidang
kemasyarakatan, melawan usaha untuk membangkitkan kebencian terhadap agama dan
sektarisme yang bisa mengakibatkan bangsa Hindia tidak mengenal satu sama lain,
dan memajukan kerjasama nasional.
c. Memperkuat tenaga bangsa Hindia dengan
cara mengembangkan individu ke arah aktivitas yang lebih besar lagi dan
memperkuat kekuatan batin dalam hal kesusilaan.
d. Mengusahakan persamaan hak bagi semua
orang Hindia.
e. Memperkuat pertahanan bangsa
Hindia untuk mempertahankan tanah air dari serangan asing.
f. Mengusahakan unifikasi, perluasan,
pendalaman dan Hindianisasi pengajaran, yang di dalam semua hal harus ditujukan
kepada kepentingan ekonomis Hindia, dimana tidak diperbolehkan adanya perbedaan
perlakuan ras, seks atau kasta dan harus dilaksanakan sampai tingkat
setinggi-tingginya yang bisa di capai.
g. Memperbesar pengaruh Pro-Hindia ke
dalam pemerintahan.
h. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia,
terutama dengan memperkuat yang lemah ekonominya.
i.
Memberantas usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang
satudengan agama yang lainnya.
C. Keanggotaan
Keanggotaan Indische Partij terbuka
untuk semua golongan bangsa tanpa membedakan tingkatan kelas, seks atau kasta,
golongan bangsa yang menjadi anggotaIndische Partij adalah golongan bumiputera,
golongan Indo, Cina dan Arab yang mana Indonesia dikenal sebagai “national
home”.
Keanggotaan
Indische Partij tersebar pada 30 cabang dengan jumlah anggota seluruhnya 7.300
orang, sebagian besar golongan Indo. Sedangkan jumlah anggota golongan
bumiputera adalah 1.500 orang, kebanyakan golongan terpelajar. Indische Partij
Cabang antara lain adalah Semarang, dengan jumlah anggota 1.300 orang, Surabaya
dengan jumlah anggota 850 orang, Bandung dengan jumlah anggota 700 orang,
Batavia dengan Jumlah anggota 654 orang.
Jika
dibandingkan dengan Budi Utomo dan Sarekat Islam, maka keanggotaan Indische
Partij lebih kecil jumlahnya. Mungkin hal ini disebabkan karena
adanya perasaan takut untuk memasuki suatu perkumpulan politik. Adanya pasal
111 Regerings-Reglement (RR), yang berbunyi "Bahwa
perkumpulan-perkumpulan atau persidangan-persidangan yang membicarakn soal
pemerintahan (politik) atau membahayakan keamanan umum dilarang di Hindia
Belanda". Pasal ini merupakan tembok penghalang yang sukar ditembus oleh
Indische Partij dalam mengembangkan jumlah Anggotanya.
D. Perjuangan Indische Partij untuk
memperoleh Badan Hukum.
Di dalam rapat pendirian IP pada tanggal
25 Desember 1912 ditetapkan pula anggaran dasarnya.Lalu anggaran dasar itu
diberikan kepada pemerintah untuk mendapatkan pengesahan supaya menjadikan IP
berbadan hukum. Sikap Gubernur jendral Idenberg terhadap IP berbeda dengan
sikapnya kepada Budi Utomo maupun Sarekat Islam. Sikapnya terhadap Budi Utomo
dan Sarekat Islam sangat berhati-hati,namun sikapnya terhadap IP sangat tegas.
Gub.Jen. Idenberg menolak anggaran dasar IP dengan surat keputusan tanggal 4
Maret 1913. Alasan penolakannya yaitu karena perkumpulan itu berlandas politik
dan mengancam hendak merusak keamanan umum, harus dilarang pendiriannya,
menurut pasal 111 RR".
Di
dalam rapat tanggal 5 Maret 1913 pimpinan IP memutuskan untuk mengubah bunyi
pasal 2 tentang tujuan IP . Setelah diubah bunyinya menjadi:
a. Memajukan kepentingan anggota di dalam
segala lapangan, baik jasmani maupun rohani.
b. Menambah
kesentosaan kehidupan rakyat di Hindia Belanda.
c. Berdaya upaya menghilangkan
segala rintangan dan Undang-undang Negara yang menghalangi terciptanya tujuan,
dan
d. Minta diadakan undang-undang dan
ketentuan-ketentuan yang menunjang tercapainya tujuan.
Tanggal
5 Maret 1913 IP mengajukan lagi untuk kedua kalinya anggaran dasar agar dapat
disahkan oleh pemerintah. Dengan surat keputusan tanggal 11 Maret 1913
Gub.Jend. menolak anggaran dasar IP yang baru. Bunyi penolakan itu adalah:
"Menimbang
bahwa perubahan yang diadakan pada pasal 2 anggaran dasar itu, sekali-kali
tidak bermaksud merubah dasar dan jiwa organisasi itu yang sebenarnya, yang
diterangkan dalam surat keputusan tanggal 4 Maret 1913 No.1 maka kenyataan itu
adalah jelas daripada keterangan ketua organisasi IP, atas pernyataan cabang
Indramayu yang tertulis di dalam notulen persidangan tanggal 25 Desember 1912
dan dilampirkan di dalam surat permohonan pucuk pimpinan IP tanggal 16 Maret
1913. Maka berhubung dengan itu, pemerintah Hindia Belanda tetap menguatkan
surat keputusan tanggal 4 Maret 1913".
Walaupun
kemudian pucuk pimpinan IP beraudiensi kepada Gub.Jend Idenburg
untuk mengulangi permohonan badan hukum itu, tetapi pemerintah Hindia Belanda
tetap pada pendiriannya.
Dengan
adanya penolakan itu berarti IP menjadi partai terlarang dan hanya berusia 6
Bulan. Meskipun usianya pendek tetapi semangat dan jiwa IP tetap mendapatkan
tempat pada para pemimpin pergerakan saat itu.
E. Penangkapan
dan Pengasingan(kemunduran)
Pemerintah kolonial Belanda ingin
merayakan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari jajahan Perancis pada tahun
1813.Perencanaan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda di tanah jajahan ini
menimbulkan perasaan anti pati dan penghinaan terhadap rakyat jajahan. Untuk
mengimbangi niat pemerintah kolonial Belanda itu, didirikanlah sebuah Komite
yang dikenal sebagai "Komite Boemi Poetra" di Bandung. Tujuan Komite
itu adalah :
a. Mengirimkan telegram kepada Ratu Belanda
agar mencabut pasal 111 RR.
b. Membentuk
majelis perwakilan rakyat sejati.
c. Adanya
kebebasan berpendapat di tanah jajahan.
Salah
satu pemimpin Komite Boemi Poetra, R.M. Soewardi Soerjaningrat menulis
sebuah artikel dalam Harian De Express (edisi 19 Juli) dengan
judul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya aku seorang Belanda)
yang menyinggung perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda.
Di
dalam artikel itu ia menulis antara lain "…Seandainya Aku Seorang
Belanda, masih belumlah saya dapat berlaku sekehendak hati saya. Dengan
sesungguhnya saya akan mengharap-harap, semoga peringatan hari kemerdekaan itu,
di pesta seramai-ramainya, tapi saya tidak akan menyukai, jika anak-anak negeri
dari tanah jajahan ini dibawa-bawa larut berpesta. Saya akan melarang mereka
turut bergembira dan bersuka ria di hari-hari keramaian itu, bahkan saya akan
meminta di tempat pesta, agar tidak ada seorang diantara anak-anak negeri yang
dapat terlihat, secara apa kita beriang-riang dalam memperingati hari
kemerdekaan itu.Sejalan dengan aliran itu, bukan saja tidak adil, tapi terlebih
lagi tidak patut, jika anak-anak negeri disuruh menyumbang uang pula untuk
turut membelanjai pesta itu. Jika mereka itu telah diperhatikan dengan laku
mengadakan pesta kemerdekaan untuk negeri Belanda, sekarang orang bermaksud
pula hendak mengosongkan kantong uangnya. Sesungguhnya, suatu penghinaan lahir
dan batin"
Tulisan
R.M. Soewardi Soerjaningrat ini mendapat reaksi yang hebat dari pemerintah
kolonial Belanda. Terjadilah pemeriksaan-pemeriksaan yang intensif
terhadap “Tiga Serangkai” oleh Kejaksaan. Dengan menggunakan
"Hak Luar Biasa" (Exorbitante rechten).Gub.Jend. Idenburg
mengeluarkan surat keputusan tanggal 18 Agustus 1913 untuk mengasingkan ketiga
pemimpin “Komite Boemi Poetra” itu.Beberapa tempat ditunjuk untuk mereka.
Kupang untuk Tjipto Mangoenkoesoemo, Banda untuk R.M. Soewardi Soerjaningrat,
dan Bengkulu untuk Douwes Dekker.
Disamping
itu ditetapkan pula dalam surat keputusan tanggal 18 Agustus 1913 bahwa mereka
bebas berangkat keluar Hindia Belanda. Mereka bertiga memilih diasingkan di
luar negeri, yaitu ke negeri Belanda. Mereka berangkat ke Negeri pengasingan
tanggal 6 September 1913. Hari keberangkatannya ini diproklamasikan sebagai
"Hari Raya Kebangsaan".Pembuangan tiga serangkai itu membawa dampak
luas,tidak saja di Hindia Belanda,akan tetapi juga di negeri Belanda.Di Hindia
Belanda,keberadaan mereka semakin mendorong bumipitera untuk memperjuangkan
hak-haknya.Sementara di Negeri Belanda menjadi perdebatan politik di kalangan
DPR Belanda tentang pergerakan rakyat Indonesia.
Dengan
diasingkannya ketiga pimpinan tersebut, maka secara organis IP tidak berperan
lagi dalam pergerakan nasional Indonesia.Lalu IP berganti nama menjadi Partai
Insulinde yang kemudian tahun 1919 berganti nama menjadi National Indische
Partij(NIP).Dalam perkembangannya partai ini tidak mempunyai pengaruh terhadap
rakyat bahkan hanya merupakan perkumpulan orang-orang terpelajar.Ki hajar
Dewantoro kemudian mendirikan Taman Siswa(1922),sebagai badan perjuangan
kebudayaan dan perjuangan politik.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Indische Partij adalah organisasi modern ketiga
yang berdiri setelah Budi Utomo dan Sarekat Islam . Organisasi ini merupakan
organisasi pertama yang secara tegas menyatakan berpolitik. Dengan
demikian IP adalah partai politik pertama di Indonesia. Indische Partij
ingin menggantikan Indische Bond yang berdiri pada tahun 1898. Indische Bond
adalah organisasi kaum Belanda peranakan (Indo) dengan pimpinan K. Zaalberg,
seorang indo. Tujuan dibentuknya IP ini adalah untuk memperbaiki keadaan kaum
Indo. Pada masa itu kaum Indo menaruh dendam kepada bangsa Belanda dan segala
sesuatu yang bercorak Belanda. Hal ini disebabkan kaum Indo seolah-olah menjadi
"golongan yang dilupakan" oleh bangsa Belanda.
Salah
satu pemimpin Komite Boemi Poetra, R.M. Soewardi Soerjaningrat menulis
sebuah artikel dalam Harian De Express (edisi 19 Juli) dengan
judul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya aku seorang Belanda)
yang menyinggung perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda,Sehingga Belanda
menjadi marah,dan mengkap ketiga serangkai tersebut dan mengasingkannya ke
Belanda.
B. Saran
Kami mengharapkan kritikan,saran dari bapak dan ibu guru,maupun teman-teman apabila terdapat kesalahan dari laporan kami ini,sehingga laporan kami ini dapat tersempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://johan-mustopa.blogspot.com/2014/05/laporan-persentasi-indische-partij.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar